HMM (1)
Bukan waktu yang tepat untuk ngeblog sebenarnya. Laporan baru bab 2 dan dikumpul besok jam 7. Gak papa aku bisa ngebut.
Sejak beberapa hari yang lalu, banyak hal yang terjadi sama aku dan ngebuat aku berfikir, "am I just pass that fase?" Seperti tadi malam contohnya. Namanya Mbak Febria, akrab dipanggil Pepy. Si mbak memang anaknya suka curhat dan random sekali. Tadi malam, tiba-tiba dia datang ke kamar, terus langsung cerita "Tantri aku bingung, dari tadi siang aku mikirin ini terus. Sampe badan aku panas nih, pegang coba"
"Kenapa mbak?Sini cerita"
Lalu percakapan kami mengalir gitu aja. Intinya adalah dia baru sadar kalau dia adalah orang yang payah banget. Diawali dengan dia tanya ke aku, aku ikut organisasi apa terus percakapan kami jadi semakin jauh. Dia agak menyalahkan diri dia sendiri dengan alasan kemana aja sih dia selama ini? kok ya gak ikut-ikut himpunan, gak ikut komunitas dsb. Mba Pepy punya mimpi yang cukup tinggi, bahkan dia gak mau cuma jadi PNS karna menurut dia jadi PNS itu gak keren, gak ada gengsinya. Dia maunya kerja di perusahaan swasta, dia bisa buat panti asuhan, dia bisa mengangkat derajat orang tuanya.
Aku speechless. Sejujurnya aku malu, karena aku tidak, mungkin belum, punya cita-cita yang tinggi kayak dia. Terus dia tanya, "aku kok ya sadarnya baru sekarang?Aku bego banget aku ngapain aja 6 semester kemarin?"
Terus belum aku kasih saran, aku langsung cerita ceritaku juga. Aku dan si mbak masalahnya sama. Kami ingin ikut ini itu, organisasi ini itu tapi kendalanya satu, gak ada temen. Circle kami bahkan tidak mendukung. Mungkin bukan tidak mendukung, tapi tidak sejalan dengan kami. "Aku mau ikut ini-itu tapi gak ada temennyaa, nanti gimana disananya" klasik, but it happens to us.
Aku langsung cerita kalau aku punya teman di Unpad, namanya Alif. Alif bahkan langsung ke BEM-U, walaupun padat banget jadwal dia, dia bisa bagi waktu. Di awal juga Alif gak ada yang kenal disana, tapi dia bilang kurang lebih kayak gini ke aku "Harus diubah ping mindset yang "ih males gak ada yang kenal, ih malu gak ada temen. Itu bener-bener harus diilangin. Toh nanti kamu juga kemana-mana bakalan sendiri. Sidang juga sendirian" Aku dari situ mikir, iya juga. Aku kuliah jauh - jauh kesini gak ada hal yang aku bawa pulang selain ilmu akademik, sayang banget. Dari situ, aku mulai ajak temen-temen deket aku buat ayok kita ikut OR ini. Susah banget sih ngilangin males, cuma setidaknya dengan ikut ini kami jadi kenal sama temen seangkatan bahkan adik-adik. Ya masa ada temen aku yang diginiin "Loh dia anak statistika?Aku kok gak pernah liat" kan nyakit.
Sejak beberapa hari yang lalu, banyak hal yang terjadi sama aku dan ngebuat aku berfikir, "am I just pass that fase?" Seperti tadi malam contohnya. Namanya Mbak Febria, akrab dipanggil Pepy. Si mbak memang anaknya suka curhat dan random sekali. Tadi malam, tiba-tiba dia datang ke kamar, terus langsung cerita "Tantri aku bingung, dari tadi siang aku mikirin ini terus. Sampe badan aku panas nih, pegang coba"
"Kenapa mbak?Sini cerita"
Lalu percakapan kami mengalir gitu aja. Intinya adalah dia baru sadar kalau dia adalah orang yang payah banget. Diawali dengan dia tanya ke aku, aku ikut organisasi apa terus percakapan kami jadi semakin jauh. Dia agak menyalahkan diri dia sendiri dengan alasan kemana aja sih dia selama ini? kok ya gak ikut-ikut himpunan, gak ikut komunitas dsb. Mba Pepy punya mimpi yang cukup tinggi, bahkan dia gak mau cuma jadi PNS karna menurut dia jadi PNS itu gak keren, gak ada gengsinya. Dia maunya kerja di perusahaan swasta, dia bisa buat panti asuhan, dia bisa mengangkat derajat orang tuanya.
Aku speechless. Sejujurnya aku malu, karena aku tidak, mungkin belum, punya cita-cita yang tinggi kayak dia. Terus dia tanya, "aku kok ya sadarnya baru sekarang?Aku bego banget aku ngapain aja 6 semester kemarin?"
Terus belum aku kasih saran, aku langsung cerita ceritaku juga. Aku dan si mbak masalahnya sama. Kami ingin ikut ini itu, organisasi ini itu tapi kendalanya satu, gak ada temen. Circle kami bahkan tidak mendukung. Mungkin bukan tidak mendukung, tapi tidak sejalan dengan kami. "Aku mau ikut ini-itu tapi gak ada temennyaa, nanti gimana disananya" klasik, but it happens to us.
Aku langsung cerita kalau aku punya teman di Unpad, namanya Alif. Alif bahkan langsung ke BEM-U, walaupun padat banget jadwal dia, dia bisa bagi waktu. Di awal juga Alif gak ada yang kenal disana, tapi dia bilang kurang lebih kayak gini ke aku "Harus diubah ping mindset yang "ih males gak ada yang kenal, ih malu gak ada temen. Itu bener-bener harus diilangin. Toh nanti kamu juga kemana-mana bakalan sendiri. Sidang juga sendirian" Aku dari situ mikir, iya juga. Aku kuliah jauh - jauh kesini gak ada hal yang aku bawa pulang selain ilmu akademik, sayang banget. Dari situ, aku mulai ajak temen-temen deket aku buat ayok kita ikut OR ini. Susah banget sih ngilangin males, cuma setidaknya dengan ikut ini kami jadi kenal sama temen seangkatan bahkan adik-adik. Ya masa ada temen aku yang diginiin "Loh dia anak statistika?Aku kok gak pernah liat" kan nyakit.
Comments
Post a Comment