Untuk Kamu, Sahabat Saya

"Sesungguhnya kami adalah milik Allaah dan kepada-Nya lah kami dikembalikan" (Qs Al-Baqarah 156). Kurang lebih seminggu yang lalu, saya mendapatkan berita duka. Ayah seorang sahabat saya telah berpulang ke rahmatullah. Kaget sekali saya saat mendengar berita tersebut, saya langsung memastikan kepada yang bersangkutan dan setelah dijawab dengan berbelit-belit baru sahabat saya menyatakan kebenaran berita itu. Sedih, ya. Saya saja sedih apalagi sahabat saya yang anaknya, tak terbayangkan oleh saya. Akhirnya saya dan seorang sahabat yang lain memutuskan untuk melayat. Sampai disana, sahabat saya ini ternyata sedang berbincang-bincang dengan tamu lain. Ketika kami berdua tiba dia hanya bilang "loh ngapain?katanya gak mau kesini?" sambil senyam senyum getir, kami menjawab "Surprise dooong". Akhirnya dia mendatangi kami, dan kami pun berpelukan. Agak lama, dan cukup erat, lalu kemudian dia menangis. Saya gak tau apa yang ada di fikiran dia dan apa yang dia rasakan saat itu, tapi yang saya yakini adalah ketika ada seorang yang sedang ditimpa ujian atau apa pun itu kata - kata seperti sabar yaa atau kata - kata motivasi semacam itu hanya akan dianggap omong kosong belaka. Yang mereka perlukan adalah kita ada, lalu kemudian memeluk. Sudah sampai disitu saja. Perihal dia mau untuk berbagi cerita atau tidak itu urusan nanti. Mau menasehati atau memberi petuah pun sebaiknya nanti saja, setelah keadaannya sedikit mereda. Kemudian kami berbincang-bincang di dalam, ada ibu dan kedua kakanya juga saudaranya yang lain. Melihat ibu nya bercerita dengan tamu yang lain perihal sakit ayahnya, dia kembali menangis. Saya dan teman yang lain hanya bisa mengusap pundaknya saja. Saya pun tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada saya. Bahkan mungkin saya gak bisa setegar dia. Kalau itu saya mungkin saya akan meraung-raung. Kami tidak lama berada di rumahnya, hanya sampai kurang lebih dua jam karena hari mulai sore dan harus kembali pulang. Berpamitan lalu kembali berpelukan. Di saat ini lah saya menangis. Sedari tadi air mata saya tidak keluar, tapi berpamitan dengan dia, berpelukan untuk yang terakhir kalinya. Oke mungkin terlalu berlebihan kalau saya bilang untuk yang terakhir kali, tapi yang jelas kami tidak akan bertemu untuk waktu yang lama, membuat air mata saya mengalir. Dia akan kembali pulang untuk melanjutkan kuliahnya ke salah satu univ di kota --- dan ibu nya pun akan ikut kesana karena semua keluarga inti mereka sudah berada di ---. Tidak ada lagi alasan mereka untuk menetap di Lampung, atau berkunjung ke Lampung, karena memang tidak ada yang di tengok. Yah, fakta itulah yang membuat saya sedih. Apalagi pertemuan dengan dia di liburan ini hanya sebentar, bahkan kami tidak sempat untuk sekedar berfoto.Memang sih ada skype atau medsos lainnya, tapi bertemu langsung rasanya beda saja, lebih menyenangkan. Berpelukan, berpelukan, lalu kami pulang.

Saya kenal dengan sahabat saya ini memang tidak cukup lama. Saya sekelas dengan dia ketika kelas dua dan tiga SMA. Pertemanan kami dimulai ketika salah satu teman saya waktu SMP, juga teman sekelas kami waktu SMA suka sama sahabat saya ini. Saya pun bukan mak comblang mereka, ntah kenapa juga kami bisa dekat. Saya menganggap dia sahabat. Tidak tau yang bersangkutan menganggap saya apa hehe. Yang saya tau, dia selalu ada ketika saya butuhkan. Apalagi ketika awal - awal saya memutuskan untuk kuliah di Jogja, awal-awal home sick , sahabat saya ini lah yang selalu menghibur saya. Kami pun bertukar kado ketika salah satu ulang tahun. Apakah terlalu dini ya saya menyatakan bahwa dia adalah sahabat saya?tapi semoga saja lah yang kali ini tidak bertepuk sebelah tangan hehe. Anehnya memang, saya selalu open dengan dia, masalah kuliah, pria yang saya suka, dll hampir semuanya. Tapi yang bersangkutan...uuumm...tidak begitu hehehe.Ayahnya sakit dan dirawat di rumah sakit saja dia tidak cerita dengan saya.Ntah takut merepotkan atau apa saya juga kurang mengerti. Itu yang membuat saya juga sedikit sedih dan kepikiran saat perjalanan ke rumahnya ketika melayat kemarin. Memang sih ya kita tidak bisa memaksa seseorang untuk bisa percaya dengan kita. Tapi tak apalah, dia sudah tau kok kalau dia butuh untuk tempat cerita, dia punya saya. Insya Allaah saya ada. Walaupun mungkin saya tidak bisa memacahkan masalahnya, tapi insya Allaah saya bisa jadi pendengar yang baik untuk dia. 
HUFFFF cukup kikuk juga saat saya membuat postingan ini, karena sepertinya nanti yang bersangkutan akan membaca. Hehehehe. Tak apalah, setidaknya saya sudah mencurahkan ketidakmengertian saya selama ini hehe.

Comments

Popular Posts